Monday 7 October 2013

smackdown sebagai modeling negatif bagi anak

selamat malam,, salam MIpsi.. yosh,, hari ini postingan berkenaan dengan tugas kuliah,, bisa buat referensi bagi yang membutuhkan. sebelum tugas dikumpulkan, lebih baik menyimpannya dalam blog dan semoga bermanfaat bagi pembaca. jika dalam tulisan berikut nanti ada yang salah baik penulisa atau cara penyampaian ide saya akan sangat berterimakasih bila ada kritikan atau saran yang membangun. ok, check this out.


teori belajar sosial ;
smackdown sebagai modeling simbolik yang negatif bagi anak-anak.

abstrack,
smackdown adalah hiburan yang berbentuk pertarungan gulat dunia yang berasal dari amerika dan juga pernah ditayangkan ditelevisi indonesia yang sebenarnya tontonan diperuntukkan golongan dewasa. Akan tetapi berdasarkan sajian berita menunjukkan tentang adanya anak-anak yang menjadi korban karena menirukan gerakan-gerakan gulat yang ada didalam smackdown, karena media televisi yang menempatkan jam tayang yang masih terjangkau oleh anak-anak untuk bisa sering menonton smackdown sehingga hal itu mendukung terjadinya teori modeling albert bandura pada kepribadian si anak tersebut. Berangkat dari fakta-fakta yang ada bahwa banyak anak yang terluka bahkan sampai meninggal, maka
modeling yang terjadi pada smackdown bisa membawa dampak negatif terhadap anak-anak.
Keyword: smackdown, menirukan, dampak negatif, anak-anak.

1. Latar belakang
            A. Permasalahan
            Dalam rentang 4 tahun, antara tahun 2002 sampai tahun 2006 smackdown sempat terkenal dan booming diindonesia. Acara yang menampilkan pertarungan gulat yang ekstrim dan dikemas dalam suatu acara kejuaraan ternyata mampu menjadi tontonan televisi yang menarik. Namun permasalahannya adalah, smackdown yang didalamnya banyak unsur kekerasan dan terbilang cukup ekstrim seharusnya tontonan tersebut diperuntukkan bagi usia dewasa dan bukan untuk anak-anak. Terlepas dari kontroversi asli atau palsu dari gerakan-gerakan dari pemain smackdown seperti tinjuan, tendangan, bantingan dan lain sebagainya, tetapi pada faktanya apapun yang tersaji dilayar televisi ketika acara smackdown berlangsung rentan ditirukan oleh anak-anak apabila terlalu sering melihatnya.
            Sebelumnya perlu digaris bawahi, peniruan yang dibicarakan dalam pembahasan ini adalah mengacu pada modeling albert bandura. Ada istilah  imitasi juga, namun yang membedakan dengan teori albert bandura adalah bahwa modeling memerlukan kognitif aktif untuk menyaring segala informasi yang masuk dan tidak sekedar hanya meniru saja. Namun pada anak kecil bisa diasumsikan bahwa proses kognitif yang dia miliki masih memiliki keterbatasan jika dibandingan orang dewasa, dan ini yang bisa melatar belakangi mengapa smackdown dampaknya nengatif bagi anak.
Walaupun pada akhir-akhir ini terungkap bahwa smackdown adalah skenario-skenario yang disengaja seperti layaknya film, namun anak yang terlanjur suka bisa saja sampai menirukan gerakan-gerakan yang ada padanya seperti bantingan dan tinjuan, yang mana itu artinya bisa berbahaya bagi anak.
Berangkat dari teori belajar sosial albert bandura, dalam permasalah tersebut bisa ditinjau dari sudut pandang teori belajar melalui observasi yang berbentuk modeling simbolik. Dewasa ini sebagian besar modeling tingkah laku berbentuk simbolik yang bisa didapat dari film dan televisi yang menyajikan tingkah laku yang tak terhitung dan mungkin mempengaruhi pengamatan. Jadi sajian tersebut berpotensi sebagai sumber model tingkah laku. [1]
Tingkah laku yang sudah terbentuk dari tayangan smackdown bisa membawa dampak negatif karena seperti yang sudah diketahui bahwa smackdown sendiri adalah contoh model prilaku yang syarat dengan kekerasan, dan apabila dilakukan maka tentunya sangat berbahaya bagi keselamatan si anak tersebut. Berangkat dari itu maka penulisan kajian ini dilakukan, untuk meninjau seberapa jauh teori belajar sosial berupa modeling simbolik tersebut berperan dalam permasalah yang dijelaskan diatas.
B. Fenomena kasus
Tayangan smackdown sempat populer diindonesia pada masanya. Pada tahun 2000 sebenarnya tayangan gulat smackdown sudah ditayangkan, namun belum dikenal pada kalangan anak-anak secara luas. Sedangkan mulai terkenal secara luas oleh anak-anak antara tahun 2004 – 2006. Pada masa-masa tersebut penulis sendiri merasakan bagaimana tren smackdown, karena tak hanya dari televisi saja, hal itu sudah diimplemantasikan hampir pada seluruh sarana hiburan seperti playstation yang menyediakan permainan smackdown, poster-poster dinding smackdown yang terjual secara bebas sehingga otomatis tokoh-tokoh smackdown juga terkenal.
Hal itu semua bisa terjadi karena tayangan smackdown yang awalnya tayangan tv tengah malam (pukul 12 keatas) , terkadang berubah jam 10 malam sehingga waktu tayang terjangkau oleh kaum anak-anak, tidak hanya dewasa saja. Karena saking populernya, muncul kasus-kasus kecelakaan dari anak-anak yang menirukan smackdown.dibawah ini  adalah daftar korban pada sekitar tahun 2006, data berikut yang berhasil didapat yang termuat dalam buletin studia edisi 319/tahun ke-7(11 september 2006):
1. Reza Ikhsan Fadillah, 9 tahun, siswa SD Cingcing 1 Ketapang, Soreang, Bandung (meninggal 16 november 2006),
2. Angga Rakasiwi (11 th), siswa SD 7 Babakan Surabaya (dijahit lima jahitan di kening),
3. Fayza Raviansyah (4 tahum 6 bulan), siswa TK Al-Wahab Margahayu, Bandung (luka, muntah darah),
4. Ahmad Firdaus (9), siswa kelas III SD 7 Babakan Surabaya (pingsan),
5. Nabila Amal (6 tahun 6 bulan), siswa kelas I SD Margahayu Raya 1, Bandung (patah tulang paha),
6. Mar Yunani, siswa kelas III SD Wates Kulonprogo, Yogyakarta (gagar otak), dan
7. Yudhit Bedha Ganang (10), siswa kelas V SDN 5 Duren Tiga, Jakarta Selatan (luka pada kepala dan kemaluan). [2]
            Kasus-kasus diatas dapat mewakili fenomena-fenomena peniruan smackdown yang menimbulkan bahaya seperti kecelakaan ringan sampai kematian. Berikut ini juga contoh cuplikan berita yang terjadi pada tahun 2012 yang bersumber dari kompas.com :
Gara-gara meniru gaya gulat pada program televisi Smackdown, Mohammad Wildan Hakiki (10) mengalami patah tulang kaki.
Kejadian itu bermula ketika dia dan sembilan temannya di kelas IV SDN I Kilensari, Kecamatan Panarukan, Situbondo, Jawa Timur, bermain di halaman sekolah pada jam istirahat, Sabtu (21/4/2012). Mereka bersepakat untuk bergulat ala Smackdown.
Kala itu Wildan bergulat melawan Syafii (10). Saat bertarung itulah betis kiri Wildan tertindih tubuh Syafii hingga menyebabkan betisnya terkilir dan patah. Oleh pihak sekolah, Wildan langsung dibawa ke dukun sangkal putuh atau dukun yang biasa menangani patah tulang.
Hingga Kamis (26/4/2012), Wildan tidak masuk dan masih tergolek di ranjang rumahnya di Desa Kilensari, Situbondo.
            Dari beberapa daftar korban dan cuplikan berita diatas bisa menggambarkan fenomena peniruan gaya smackdown di tv bisa membawa dampak negatif. Belum lagi juga dimungkinkan masih banyak lagi kasus yang belum terekspos ke media.
C. Konsep teori
Bandura mendasarkan teorinya berdasarkan pada 3 konsep, yaitu reciprocal determinism, beyond rinforcement dan self-regulation/cognitife.
1. Reciprocal determinsm, pendekatan yang menjelaskan tingkah laku manusia dalam bentuk interaksi timbal balik yang terus menerus antar determinan kognitif, behavioral dan lingkungan
2. beyond reinforcement, menurut bandura, reinforcement penting dalam menentukan apakah suatu tingkah laku akan terus terjadi atau tidak, tetapi itu bukanlah satu-satunya pembentuk tingkah laku.
3.cognition/self regulation, konsep bandura menempatkan manusia sebagai pribadi yang dapat mengatur diri sendiri , mempengaruhi tingkah laku dengan cara mengatur lingkungan, menciptakan dukungan kognitifmengadakan konsekuensi terhadap tingkah lakunya sendiri. [3]
Teori belajar modeling merupakan bagian teori yang dikemukakan oleh Albert Bandura. Dimana modeling adalah proses belajar dengan mengamati tingkah laku atau perilaku dari orang lain disekitar kita. Modeling yang artinya meniru, dengan kata lain juga merupakan proses pembelajaran dengan melihat dan memperhatikan perilaku orang lain kemudian mencontohnya. Hasil dari modeling atau peniruan tersebut cenderung menyerupai bahkan sama perilakunya dengan perilaku orang yang ditiru tersebut. Modeling ini dapat menjadi bagian yang sangat penting dan powerfull pada proses pembelajaran.
Banyak bentuk pemodelan diantaranya adalah modeling simbolik,  modeling tingkah laku berbentuk simbolik yang bisa didapat dari film dan televisi yang menyajikan tingkah laku yang tak terhitung dan mungkin mempengaruhi pengamatan. Jadi sajian itu berpotensi sebagai sumber model tingkah laku.
Menurut Bandura terdapat empat proses yang terlibat di dalam pembelajaran melalui pendekatan modeling, yaitu perhatian (attention), pengendapan (retention), reproduksi motorik (reproduction), dan penguatan (motivasi).
1.) Perhatian(attention), yang artinya kita memperhatikan seperti apa perilaku atau tindakan – tindakan yang dilakukan oleh prang yang akan ditiru.
2.) Pengendapan(retention), dilakukan setelah mengamati perilaku yang akan ditiru dan menyimpan setiap informasi yang didapat dalam ingatan, kemudian mengeluarkan ingatan tersebut saat diperlukan.
3.) Reproduksi motori(reproduction), hal ini dapat menegaskan bahwa kemampuan motorik seseorang juga mempengaruhi untuk dapat memungkinkan seseorang meniru suatu perilaku yang dilihat baik secara keseluruhan atau hanya sebagian.
4.) Penguatan(motivation), penguatan ini sangat penting. Karena dapat menentukan seberapa mampu kita nantinya melakukan peniruan tersebut, namun penguatannya dari segi motivasi yang dapat memacu keinginan individu tersebut untuk memenuhi tahapan belajarnya.
Ciri – ciri teori Pemodelan Bandura diantarnya:
1. Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan,
2. Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan lain-lain,
3. Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan guru sebagai model,
4. Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan penguatan yang positif,
5. Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan, dengan tingkah laku atau timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan penguatan yang positif.[4]
2. Pembahasan
            Fenomena yang sudah dipaparkan diatas, merupakan dampak peniruan oleh anak yang secara mental dan kognitifnya belum terlalu matang untuk menyaring sebuah info yang akan dijadikan model pembelajaran melalui observasi. Pada bagian ini, tentunya akan menjelaskan fenomena yang telah dipaparkan diatas melalui pendekatan teori modeling.
            Pemodelan yang dilakukan anak-anak terhadap tayangan smackdown sehingga bisa menjadi prilaku nyata melewati tahapan-tahapan seperti yang teori modeling kemukakan yakni perhatian, pengendapan, reproduksi dan penguatan penjelasannya sebagai berkut :
1. perhatian(attention), proses pertama ini berlangsung ketika si anak menaruh perhatian secara sadar terhadap tayangan smackdown. Ketika anak memeperhatikan ini, tentunya ada info-info baru yang masuk, seperti bagaimana melakukan tinjuan, bantingan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh smackdown. Informasi yang masuk ini juga penting untuk melanjutkan ketahap berikutnya dan menjadikan sebagai tahapan yang sempurna untuk menjadi sebuah prilaku hasil pemodelan.
2. pengendapan(retention), pengendapan yang dimaksud disini adalah ketika sianak dapat mengingat secara tepat seluruh informasi yang didapat pada proses perhatian. Hal ini bisa didukung dengan adanya pengulangan yang terus-menerus saat melihat tayangan smackdown, sehingga apa yang dilihatnya akan semakin kuat mengendap dalam pikiran sang anak.
3. reproduksi(reproduktion), si anak akan mulai mengolah kembali dari semua informasi yang masuk, yang telah mengendap tadi kepada suatu tingkah laku. Dalam hal ini, kemampuan fungsi motorik tentunya sangat penting, karena kemampuan motorik juga menjadi sebab mampu atau tidaknya anak mereproduksi gerakan yang telah dia amati.
4. motivasi(motivation), ini adalah tahap terakhir dalam pembentukan tingkah laku modeling. Motivasi perlu apakah si anak melanjutkan reproduksi prilakunya atau tidak. Disini penguatan juga berperan penting.
            Semua tahapan diatas menjadi sebab terjadinya anak bisa menirukan tingkah laku model smackdown.  Bentuk pemodelan ini merupakan pemodelan simbolik, yaitu suatu pemodelan yang didapat dari televisi. Pada tahap perhatian, ini menunjukan terlibatnya sebuah media (televisi) yang menjadi sumber perhatian bagi anak. Pada awal penulisan juga dijelaskan bahwa modeling juga memerlukan kognitif untuk menyaring prilaku, akan tetapi pada anak keinginan meniru sangat kuat sedangkan proses kognisi yang berjalan tidak begitu kuat seperti halnya orang dewasa.
            Sedangkan poin berikutnya yaitu dampak negatif, ini secara jelas terdapat pada sumber informasinya, bukan tentang teori pemodelannya. Bagaimanapun, smackdown adalah tayangan yang mencontohkan kekerasan yang ekstrim, dan jika itu dilakukan secara langsung oleh anak-anak tanpa pembekalan apapun maka kejadian-kejadian seperti kecelakaan, cidera bahkan kematian bisa terjadi.
            Namun teori albert bandura secara keseluruhan juga tidak mengabaikan adanya faktor lingkungan. Faktor lingkungan ini tentunya juga memiliki peran pada peniruan smackdown oleh anak. Secara mudahnya, lingkungan yang mendukung adalah tren yang sedang terkenal untuk menirukan smackdown dikalangan sesama anak-anak. Jadi ketika hal terrsebut sudah menjadi lingkungan yang mempengaruhi motivasi anak, tentunya prilaku hasil pemodelan semakin mudah dilakukan.
3. Kesimpulan
            Peniruan anak-anak pada smackdown bisa dijelaskan dengan teori modeling albert bandura, dan kognitif anak yang belum matang menjadikan anak menirukan secara mentah-mentah semua yang terlihat dalam smackdown sehingga dampak negatif seperti kecelakaan, cidera bahkan kematian karena menirukan smackdown bisa terjadi.
            Proses terjadinya peniruan memenuhi syarat terjadinya modeling yaitu (1). Perhatian, saat sianak melihat tayangan smackdown. (2). Pengendapan, saat informasi tentang smackdown diingat secara baik oleh anak. (3). Reproduksi, adanya kemampuan motorik anak untuk menirukan kembali sebagai prilaku. (4). Motivasi, adalah sebuah proses akhir dan penting sehingga anak memiliki kemauan untuk melakukan peniruan menjadi prilaku.
            Dampak negatif yang terjadi sesuai fakta yang ada ketika ada anak-anak yang berkelahi dengan temannya, kemudian sepakat memakai gaya bertarung di smackdown, sehingga yang terjadi ada kecelakaan yang terjadi karena itu. Jadi, secara keseluruhan tayangan smackdown hanyalah mengejarkan kekerasan terhadap anak dan ini juga memiliki pengaruh penting pada psikologis anak.  





[1] Hamim rosyidi, psikologi kepribadian, jaudar press, surabaya. Hal,55.
[2]  http://latarbelakangsmackdown.blogspot.com/, artikel pengaruh smackdown terhadap kondisi psikologis anak.
[3] Hamim rosyidi, psikologi kepribadian, jaudar press, surabaya. Hal,43-45..
[4] http://edukasi.kompasiana.com/2011/03/12/teori-belajar-sosial-albert-bandura-346947.html

No comments: